Ketika masyarakat ditinggalkan ulama / da'i
Dakwah Ustaz Nuralam al-Jurjani S.Th.I M.Pd.I
Oleh : Ustaz Nuralam al-Jurjani
Sebesar apapun sebuah gerakan islam tanpa pengkaderan maka akan hilang di telan oleh zaman, sekecil apapun sebuah gerakan islam tapi selalu melakukan pengkaderan dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan generasi lama maka insya allah akan langgeng Ada sebuah kisah dalam buku "Mawaqif thayyar qashash waqi'iyah" yang di tulis oleh kapten Anas al-Qauz.
Sebuah cerita yang harus menjadi pelajaran bagi kita khususnya yang berkiprah dalam dunia dakwah. Dokter Abdurrahman Assumaith beserta rombongan melakukan misi kesehatan ke desa Karo Afrika dimana desa tersebut begitu sangat terpencil sehingga rombongan misi kesehatan harus bejalan kaki untuk sampai ke desa tersebut, heeeem jalan yang di lalui begitu menantang, mereka harus melewati lembah, naik gunung dan tentunya sangat melelahkan tapi karena sebuah misi kemanusiaan maka sebuah itu harus di hadapi.
Setelah berjalan dengan begitu melelahkan akhirnya dari jauh tampaklah rumah penduduk desa yang di tuju. Heeeem, rumah rumah yang begitu sederhana jauh dari kata mewah. Tiba tiba muncul empat pemuda jangkung mendekati mereka dengan membawa busur busur dan mengarahkan anak panah kepada rombongan dokter Abdurrahman sebagai sambutan dan penghormatan. Ketika empat pemuda tadi sudah dekat dengan rombongan dokter Abdurrahman mereka mengucapkan " Selamat datang di suku Karo selamat datang semua silakan ikut bersama kami". Kemudian mereka mengantar rombongan ke desa mereka. Ketika rombongan sudah dekat dengan desa mereka mendengar suara gendang di tabuh dengan keras di iringi dengan pekikan dan sorakan.
Sampailah rombongan di desa yang dituju, mereka di sambut dengan hangat. Woooh..... Suara gendang terdengar semakin riuh, ada kelompok tentara perang yang memakai baju besi dan membawa tongkat tongkat. Mereka berputar putar dan menari nari dengan melingkar di sekitar tonggak kayu yang di gantungi karung dari kulit di tengah lapangan desa. Luar biasa...... Suara mereka semakin tinggi berpadu dengan suara gendang......ha hu ha hu ha hu........ La hu lahu lahu............ Dam dam dum dam dam dam dam dam......
Di sekitar para tentara perang terlihat penduduk desa yang telah bekumpul menyambut mereka sambil mengangkat tangan ke langit. mereka berjalan meliuk liuk ke kanan ke kiri laki laki dan wanita, besar atau kecil. He he he pemandangan yang unik banget. Tiba tiba hujan turun dengan derasnya tapi anehnya mereka bukan bubar malah mengencangkan sorak sorai dan pekikan mereka.
Akhirnya rombongan di ajak menghadap kepala suku, heeem umur kepala suku sudah melewati 80 tahun rambutnya sudah memutih. "Selamat datang, selamat datang di desa karo. Kedatangan kalian membawa berkah bagi kami dari Tuhan, hujan." Dokter Abdurrahman berkata "Kami anggota misi kesehatan datang untuk memberi pertolongan kepada orang orang yang sakit di antara kalian dan untuk mengajarkan kepada kalian agama islam........" Setelah beristirahat, hujan lebat pun berhenti, anggota misi kesehatan memulai pekerjaan mereka sebagaimana biasanya.
Mereka memeriksa penduduk desa baik kecil maupun besar, kemudian memberi mereka obat yang sesuai. mereka membentuk antrian panjang dan zig -zag. Ketika sore tiba dan matahari telah tenggelam Kuna (pembantu dokter dan penerjemah) berdiri di luar kemah dan memanggil untuk sholat الله اكبر الله اكبر................. Suara adzan melantun dengan sahdu membasahi kerasnya hati orang yang belum bertauhid, menggetarkan hati hati orang orang yang beriman. Menggerakkan seluruh anggota badan untuk rukuk, sujud kepada sang pencipta dengan pengakuan segala kelemahan milik kita dan segala kesempurnaan milik Allah Ta'ala. Berhentilah aktivitas anggota misi kesehatan ,di ambil air wudhu untuk menghadap sang pencipta, yaaaaa........! Wudhu bisa menghapus dosa. Dan merupakan syarat sahnya sholat.
Dokter abdurrahman memimpin sholat secara jama' dan qashar. Di lantunkan kalam ilahi dengan penuh penghayatan, bacaan alqur'an masuk ke dalam relung kalbu setiap insan . Penduduk desa berjejal jejal melihat anggota misi kesehatan yang sedang sholat. hal itu mengingatkan kepala suku dengan kenangan masa lalu. ia mengerti bahwa anggota misi kesehatan sedang melakukan ritual ilahiyah khusus untuk Tuhan hujan tapi tidak faham apa artinya.
Malam hari kepala suku mengadakan pesta makan malam sebagai penghormatan kepada anggota misi kesehatan . Hampir semua penduduk desa datang,mereka melingkar di sekitar api yang di atasnya di taruh seekor sapi hutan hasil buruan. Mereka membuat sapi guling. Woooooh......! Aroma daging membangkitkan selera makan, orang yang mau menyantapnya harus memotong sendiri dengan pisau yg tajam dan panjang.
Di tengah tengah pesta tersebut dokter Abdurrahman bertanya tentang pesta dan tarian yang mereka lakukan tadi siang. Kepala suku menjawab bahwa itu adalah tarian hujan yang di lakukan setiap hujan datang terlambat. Apakah hujan turun ketika di adakan tarian hujan? Ya, setiap kali ujar kepala suku. Dokter Abdurrahman penuh keheranan, tapi........kepala suku melanjutkan ucapannya .....rahasianya tidak pada tarian wahai anakku, tetapi pada kantong kulit sapi jantan yg di gantung itu. Dokter abdurrahman nampak kebingungan. Apa? kulit sapi jantan? Hujan turun karena kulit sapi jantan ? Kepala suku menyuruh empat orang untuk mengambil kantong tsb dan membukanya
Ternyata............isinya adalah buku buku. Kepala suku berkata "Itu adalah buku buku yg kami tidak mengerti isinya. Kami tidak dapat membaca ,tetapi kami mensucikannya dan menghormatinya.kami telah mewarisi dari bapak bapak dan kakek kakek kami. Mereka dahulu mengatakan kepada kami ". Buku buku ini memiliki bahasa yang kami pakai untuk bebicara kepada Tuhan hujan jika kami menginginkan pertolongannya untuk bebas dari kebangkrutan atau mempermudah suatu urusan. Subhanallah , buku siapa itu? lalu apa isinya?
Kepala suku lalu bercerita bahwa beberapa tahun yang lalu seorang suci datang dari negeri yang terletak di dekat laut yang jauh. Ia tinggal bersama penduduk desa dan mengajarkan kepada mereka bagaimana caranya mensucikan Tuhan hujan.kemudian ia pergi meninggalkan mereka dan tidak kembali lagi.ia meninggalkan buku buku suci ini. "Kami para cucu mewarisi buku buku itu dari nenek moyang kami . Tapi tidak mengerti apa isi buku buku itu kecuali berkeyakinan itu adalah buku buku ilahiyah yg di pakai berbicara kepada tuhan hujan pada musim kering dan kelaparan." Sang dokter meneteskan air mata betapa harunya cerita tersebut.
Di bolak balik kertas kertas buku tersebut dan di periksa isi dengan bantuan cahaya api sapi guling. Apa ini ? Kata sang dokter. ل.....ا.......ع......... Ini adalah huruf huruf arab. Disatukan kertas kertas yang tercecer satu persatu. Sang dokter kaget "Ini adalah buku buku agama......agama islam." "Ini adalah buku buku hadist rasulullah shalallahu alaihi wa sallam". Kemudian tangan sang dokter meraih kertas kertas yang terlepas dari ikatannya lalu menyatukan dan membacanya. Tiba tiba........ "Apa ini? Suatu juz dari alqur'an .....ia adalah alqur'an Laki laki itu adalah seorang muslim .....nenek moyang kami yang muslim telah sampai ke desa kalian, ini puluhan tahun yang lalu, dan mengajarkan tauhid dan membaca alqur,an kepada penduduk desa". Gumam dokter Abdurrahman.
Dokter itu menoleh kepada kepala suku dan menyempurnakan kata katanya, "Nenek moyang kami telah sampai ke tempat kalian yang jauh, sebelum ada pesawat, mobil, dan juga misi misi kesehatan ." Kepala suku terkagum kagum di depan dokter ia berkata kepada dirinya, "Apa yang dikatakan orang ini? Kenapa berteriak teriak dan mencari cari tumpukan kertas?". Kuna (pembantu dokter dan penerjemah) juga terkagum kagum oleh kejadian yang mengejutkan dan membahagiakan itu. Ia pun menerjemahkan ucapan dokter dan kepala suku sehingga masing masing memahami apa yang terjadi.
Kepala suku yang sepuh itu mengerti dan memahami cerita, ia pun tersenyum dan matanya berkaca kaca lalu merangkul sang dokter dan anggota misi kesehatan yang lain seraya berkata, "Bukankah telah saya katakan bahwa itu merupakan pemberian Tuhan hujan yang mengirimkan kalian kepada kami?".......ya itu adalah anugerah tuhan hujan yang mengirim kalian kepada kami". Kabar gembira ini pun menyebar cepat ke penjuru desa kecil itu.
Sungguh ia merupakan kabar yang menyenangkan dan menyakitkan pada waktu yang sama. Gembira karena nenek moyang penduduk desa itu adalah orang orang islam juga yang merupakan pemilik buku buku itu dan merupakan sebab bagi keislaman mereka. Tapi menyakitkan karena mereka tidak mengerti tentang islam sama sekalih setelah di tinggalkan oleh seorang yang shalih sejak puluhan tahun lalu.
Ada pelajaran yang bisa kita ambil:
- Dakwah harus di lakukan di manapun baik di kota maupun di desa.
- Harus ada regenarasi dalam berdakwah sebab manusia akan tua renta dan meninggal dunia .
- Dakwah harus berjama'ah agar lebih solid dan banyak objek dakwah yang bisa kita garap