Aku Tidak Tahu
nasehat
Berhati-hatilah kalian dengan hal yang berhubungan dengan fatwa. Jangan
lancang berfatwa dan cepat-cepat memberi fatwa. Ketahuilah, bahwa Imam
Malik pernah ditanya tentang empat puluh macam persoalan oleh seorang
lelaki dari Maghrib yang datang ke Madinah. Hanya empat yang dijawabnya
dan selebihnya ia jawab, “Tidak tahu.” Maka lelaki tersebut berkata
kepadanya, “Apa yang harus kukatakan kepada kaumku, padahal aku datang
dari negeri Maghrib untuk mendapat jawaban.” Malik berkata, “Katakanlah
kepada kaummu bahwa Malik tidak tahu.”
Ilmu itu ada tiga; ayat yang berbicara, sunnah yang berlaku, da 'aku tidak tahu'
Berhati-hatilah kalian dan jangan lancang berfatwa. Dan jangan pula
kalian cepat-cepat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada kalian. Yang paling berani di antara kalian dalam
berfatwa adalah yang paling berani masuk neraka. Oleh karena beranimu
sekedar untuk mencari ketinggian di dunia dan mengorbankan agamamu.
Adalah Ibnu Sirin apabila ditanya tentang satu persoalan, warna mukanya berubah, seoalah-olah dirinya bukan sosok yang semula.
Adalah Malik apabila ditanya tentang satu masalah, seakan-akan dirinya
berdiri di antara surga dan neraka. Demikian pula dengan orang-orang
salaf dahulu. Adalah setiap orang ingin agar orang lain yang memberikan
fatwa, bukan dirinya. Sampai-sampai apabila ada orang datang yang
bertanya, maka ia berkata, “Tidakkah engkau mendapati orang yang lebih
mengetahui dalam masalah ini daripadaku? Tanyakanlah pada Hasan
Al-Bashri, saya tidak tahu.”
Maka dari itu wahai saudaraku, janganlah kalian lancang berfatwa untuk
mencari kehormatan di atas dunia, supaya orang-orang mengatakan tentang
dirimu “si Fulan sangat alim” atau “si Fulan orang faqih.
(Dr. Abdullah Azzam)