Ono-ono Wae (Ada-ada Saja)
Alam Ghaib nasehat Ustaz Nuralam al-Jurjani S.Th.I M.Pd.I
Oleh : Ustaz Nuralam al-Jurjani
Saat masih pesantren di daerah Banten rambut saya panjang sehingga orang-orang memanggil saya “Mas Jambrong” . Panggilan yang menyeramkan memang bahkan hingga saat ini orang-orang di sekitar saya mengenal dengan panggilan tersebut, namun sekarang sudah ada embel-embel ustaz. Sebagian teman memanggil saya dengan panggilan “UJ”. Bukan ustaz Jefrey, tapi itu singkatan dari Ustaz Jambrong.
Dulu semasa di pesantren itu saya pernah satu kamar dengan seseorang yang sebut saja namanya mas Ahmad. Dia teman yang baik dan sering kali membawakan makanan untuk saya, maklumlah ibunya pengusaha warteg (warung masakan tegal) jadi saya sering kecipratan rezekinya. Namun saya sempat terkaget ketika dia suatu hari membuka dompetnya. Bagaimana tidak, saya melihat langsung isinya yang ternyata bukan hanya berisi uang tapi juga ada bungkusan plastik yang berisi rambut. Saya pun bertanya kepadanya “Rambut apa itu, mas?”. Sambil tertawa kecil dia menjawab, “Itu rambut mas Jambrong yang saya ambil pada waktu mas Jambrong habis menyisir”. Kemudian saya bertanya untuk apa dan dia bilang untuk pelet. “Wealah… la wong orangnya aja belum ada cewek yang mau apalagi rambutnya” kata saya ketika itu.
Faedah dari kisah tersebut :
- Kalau dia meyakini bahwa rambut itu bisa mendatangkan manfaat dan mudharat berarti itu termasuk syirik besar. Tetapi kalau meyakini bahwa yang mendatangkan manfaat dan mudharat adalah Allah maka dia hanya berdosa, tidak sampai syirik besar karena dia memakai rambut tersebut untuk pelet. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuninya.
- Rambut atau selainnya seperti susuk, wafaq, cincin, minyak, dll. Untuk tujuan agar dicintai lawan jenis atau agar dicintai orang-orang di sekitarnya ini termasuk dalam golongan Attiwalah.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat, dan Attiwalah (pelet) adalah syirik” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Bani)
Ikhwah fillah, dizaman yang modern ini orang memakai Attiwalah bukan semakin berkurang tapi semakin marak. Terbukti dari para dukun yang semakin banyak di kota-kota, baik dukun hitam maupun dukun putih.
Dukun hitam seperti para normal yang suka pakai mantra-mantra. Sedang dukun putih terkadang kita mengenal mereka dilabeli ustaz yang biasanya memakai ilmu atau dzikir yang tidak disyariatkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Yang sangat menyedihkan lagi sebagian penceramah juga memakai Attiwalah agar suaranya terdengar enak atau supaya banyak orang yang mengundang. Bahkan pernah teman saya agar banyak masyarakat yang mengundangnya ceramah maka dia memakai susuk di bibirnya, waiyyadzubillah.
Berhati-hatilah, jangan sampai terjebak dalam kesyirikan untuk mendapatkan kesenangan sementara.
pelajaran yang sangat bermanfaat nih buat orang-orang yang masih suka melakukan kesyirikan
ReplyDeleteSemoga bermanfaat
Deleteijin bookmark gan tausiyahnya keren
ReplyDeleteSiap.. makasih atas kunjungannya
Delete