Makanlah Yang Halal (3/3)
nasehat
F. Syarat Diterimanya Doa
Doa mempunyai beberapa syarat supaya diterima. Di samping memakan yang halal juga memperhatikan adab-adab yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam.
Di antara hadits yang menyebut hal itu antara lain :
“Beliau menuturkan perihal seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, pakaiannya lusuh dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa : “Ya Tuhanku, ya Tuhanku.” Namun makanan dan minumannya dari barang yang haram dan pakaiannya dari barang yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?”
Ini adalah beberapa petunjuk tentang adab berdoa :
Pertama : Perjalanan jauh. Sebab seorang musafir jauh dari keluarga, handai taulan, tetangga dan orang-orang yang dicintainya. Padahal orang-orang tersebut mempunyai kedudukan dan tempat yang istimewa di dalam hatinya. Makanya ketika ia jauh dari mereka, hatinya terasa patah dan merasa kesepian. Sedangkan Allah Azza wa Jalla menerima doa orang-orang yang hatinya sedang patah. Jadi jauhnya perjalanan termasuk di antara tanda doa yang diterima. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda :
“Tiga golongan yang permohonan mereka tidak akan dihampakan :
1. Orang yang berpuasa hingga berbuka,
2. Musafir,
3. Doa orang tua untuk anaknya.”
Kedua : Kusut pakaiannya dan berdebu. Sebab memakai pakaian yang rusak, usang dan buruk merupakan tanda kerendahan hati. Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan orang-orang yang sombong dan Dia tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan dirinya.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ۬ فَخُورٍ۬
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan dirinya.” (QS. Luqman : 18)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan :
“Adakalanya seseorang yang kusut rambutnya dan berdebu, memakai dua kain yang buruk, tidak dipedulikan orang, namun kalau dia telah bersumpah (memohon) kepada Allah, niscaya Allah akan memperkenankannya.” (HR. At-Tirmidzi)
Kusut rambutnya dan berdebu. Melakukan perjalanan yang jauh. Menengadahkan kedua tangannya ke langit.
Menengadahkan kedua tangan ke langit juga merupakan salah satu faktor yang membantu diterimanya doa. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan :
“Sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Maha Mulia. Dia malu, apabila seseorang telah mengangkat kedua tangan memohon kepada-Nya, mengembalikan kedua tangan tersebut dalam keadaan hampa dan sia-sia.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dan diriwayatkan pula bahwa : Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dalam shalat istisqa’ mengangkat kedua tangannya, hingga kelihatan kedua ketiaknya yang putih. (HR. Abu Daud, dishaihkan Al-Albani)
Ketiga : Demikian pula si musafir tersebut mengatakan : Ya Tuhanku, ya Tuhanku. Dia memohon kepada Allah Azza wa Jalla dengan lafadz Rububiyah, yakni Rabbul ‘Alamin (Tuhan semesta alam). Lafazh ini adalah bentuk ungkapan yang maksudnya adalah meminta rahmat, belas dan kasih dari Rabbul ‘alamin yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kamu harus memperhatikan dirimu sendiri. Khususnya karena kamu telah memutuskan belenggu dunia dalam dirimu. Dan kamu telah keluar untuk berjihad fi sabilillah serta memotong-motong tali yang mengikat tubuhmu di bumi. Kamu harus melepaskan diri dari tali-tali menjerat di bumi. Kamu harus membebaskan dirimu dari kubangan lumpur materi. Kamu harus naik dari genangan lumpur. Dunia –seluruhnya— adalah genangan lumpur.
Cukuplah, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam telah membuat perumpamaan dunia dengan bangkai anak kambing. Ketika beliau memegang anak kambing yang telah menjadi bangkai (Maka beliau bertanya : “Siapakah di antara kalian yang mau membeli bangkai anak kambing ini dengan harta 1 Dirham?” “Tak seorang pun.” Jawab mereka. Lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai anak kambing ini dalam pandangan kalian.”) Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan : (Sesungguhnya Allah membuat permisalan dunia seperti kotoran manusia. Dia berfirman :
إِنَّمَا مَثَلُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَـٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا يَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَـٰمُ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.” (QS. Yunus : 24) (Al-Jami' Ash-Shaghir no.2195)
Kemudian setelah dimakan, ke mana larinya makanan itu? Kalian semua sudah tahu.
Wahai kalian yang telah berhijrah dan pergi berjihad di jalan Allah, murnikanlah niat kalian, kenalilah Rabb kalian, tetaplah kalian berada di tempat-tempat perbatasan, takutlah kalian kepada Allah dan perbanyaklah dzikir dan doa. Takutlah pada Allah terhadap sesuatu yang masuk dalam mulut kalian dan sesuatu yang keluar daripadanya. Takutlah pada Allah pada diri kalian dan anggota badan kalian. Takutlah pada Allah di dalam menyeleksi makanan halal yang akan masuk ke perut kalian. Sebab Rasulullah saw pernah bersabda :
“Setiap daging yang tumbuh dari makanan haram, maka neraka lebih patut menerimanya.”
Harta kekayaan juga sangat berat/keras perhitungannya di sisi Allah Azza wa Jalla. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan :
“Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba dari tempatnya semula pada hari kiamat sampai ditanyakan padanya tentang empat perkara : tentang umurnya, untuk apa ia gunakan, tentang waktu mudanya, untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya, apa yang ia perbuat dengannya.” (HR. At-Tirmidzi, Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir no.730)
Wahai para muhajir, wahai para mujahid, wahai kalian yang telah meninggalkan negeri, harta kekayaan, handai taulan dan orang-orang yang kalian cintai. Telah kalian tinggalkan bumi tempatmu dahulu merangkak, telah kalian tinggalkan tanah tempat kelahiranmu, telah kalian tinggalkan dunia ini seluruhnya. Jangan sampai kalian campuri amal-amal baik kalian dengan yang buruk,jangan sampai kalian menodai jihad kalian, jangan sampai kalian mengotori hijrah kalian, jangan sampai kalian mencoreng amal-amal shalih kalian. Berlaku benarlah pada Allah, murnikan niat kalian hanya untuk-Nya, penuhilah/isilah perut kalian dengan makanan yang halal, cukupkan dengan sesuatu yang mencukupimu, menguatkanmu, mendorongmu dan menjamin keberadaanmu untuk menempuh perjalanan ini dan untuk melanjutkan kelangsungan hidupmu di atas jalan kesungguhan ini.
Wahai orang-orang yang kucintai, wahai para muhajir, wahai para mujahid, takutlah Allah, takutlah Allah perihal hijrah kalian. Takutlah Allah … takutlah Allah perihal jihad kalian. Takutlah Allah … takutlah Allah perihal diri kalian. Ketahuilah, bahwasanya ketika ‘Aisyah r.a. mendengar Zaid bin Arqam berjualan dengan sistem ‘Inah –Dia menjual seorang budak dengan harga 800 Dirham kepada orang secara tempo (hutang), lalu budak itu dia beli kembali dengan harga 600 Dirham secara tunai (kontan). Inilah jual beli ‘Inah—maka ia mengatakan kepada wanita yang menyampaikan khabar kepadanya : “Sampaikan pada Zaid bin Arqam dariku bahwa Allah telah menghapuskan jihadnya bersama Rasulullah saw jika ia tidak bertaubat.” –Jika ia tidak menghentikan dan bertaubat dari jual beli ‘Inah, yang saya tidak yakin Zaid bin Arqam mengetahui hukumnya—Lalu ‘Aisyah menjelaskan hukum jual beli ‘Inah pada Arqam dan menerangkan padanya akan akibat dari memakan harta yang bercampur halal dan haramnya.
Takwalah kamu sekalian kepada Allah dan takutlah pada-Nya. Ketahuilah bahwa kamu sekalian akan menjumpai-Nya dan kepada-Nya kalian akan kembali.
Saya cukupkan sampai di sini, dan saya mohon ampunan Allah untuk diri saya dan diri kalian.
(Dr. Abdullah Azzam)