Yang Menemani Saat Akhir Kita
nasehat Ustaz H Fajar Ichsan
Oleh : Ustaz H. Fajar Ichsan
Adin, sebut saja namanya begitu, ia adalah seorang karyawan dari perusahaan swasta yang sangat rajin dalam bekerja. Ia pergi bekerja pagi hari dan pulang malam hari bahkan sampai larut malam tidak jarang ia lakukan itu guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Ia mempunyai seorang istri serta beberapa anak. Kesibukannya dalam bekerja sering kali membuat ia lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang hamba dari Sang Kholiq yang Maha Rahman dan Maha Kuasa.
Ia sebagaimana banyak kita temui adalah seorang muslim yang telah mengikrarkan syahadat dari kecil karena terlahir dari keluarga yang juga muslim. Ia sering kali melalaikan sholat 5 (lima) waktu dan amal shaleh lainnya bahkan tidak jarang meninggalkannya. Ia sibuk dengan mengumpulkan kekayaan dunia untuk kesenangan dunia bagi diri dan keluarganya.
Ia memang sangat mencintai keluarganya, istri dan juga anak-anaknya. Ia berkeyakinan bisa memberi kebahagiaan dirinya dan keluarganya dengan harta dan kesenangan dunia semata. Betul, ia dan keluarganya memang bisa menikmati kesenangan dunia yang ia inginkan.
Keyakinannya itu menyebabkan ia lupa membina keluarganya, istri dan anaknya. Sehingga istri dan anaknya pun dengan mudah melalaikan dan meninggalkan kewajiban agamanya dan juga amal sholeh lainnya, sama seperti dirinya.
Sampai suatu waktu ia tersentak dengan kedatangan malaikat pencabut nyawa yang datang untuk mencabut nyawanya. Saat itu kemudian, tubuhnya terbujur kaku ditangisi keluarganya. Kemudian jenazahnya diiringi oleh keluarga, anak, istri dan kerabatnya, hartanya, mobil dan kendarannya, serta amal perbuatannya menuju liang lahat menuju tempat penguburannya. Selesai pemakaman, ia sedih dalam kuburnya ternyata keluarga dan hartanya yang ia sangat mencintainya ketika hidup di dunia pergi meninggalkan dirinya sedangkan dirinya kini hanya sendiri ditemani oleh amalnya.
Adin hanyalah sebuah ilustrasi kebanyakan manusia saat ini. Kesibukan dunia yang kita lakukan sering kali melalaikan kewajiban kita sebagai hamba kepada Sang kholiq dan amal shaleh lainnya. Bukan untuk Sang Kholik Allah Subhana wa ta’ala, tapi untuk diri kita sendiri. Kita mengumpulkan harta dan kesenangan dunia, namun kita lupa mempersiapkan bekal untuk akhirat kita dengan amal shaleh dan kewajiban lainnya. Dan kita baru tersadar ketika ajal sudah menjemput.
Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa sallam telah mangingatkan kita dalam sebuah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya. Dari Anas bin Malik Radhiallahu 'anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda, Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya”.
Ya, kita lupa untuk beramal salih ketika di dunia sebagai bekal akhirat kita. Padahal amal perbuatan yang kitakerjakan itu yang akan menemani kita di kehidupan selanjutnya- di kubur, masyhar dan akhirat lainnya- baik perbuatan benar maupun salah. Keluarga yang begitu kita cintai dan mencintai kita tidak akan menemani kita ke dalam kubur, kecuali anak keturunan yang shaleh yang senantiasa mendoakan akan menjadi penghibur dengan doa yang dilantunkannya untuk kita.
Keluarga dan harta yang selalu bergaul dengan kita suatu saat akan berpisah dengan kita. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan hartanya sebagai sarana untuk beribadah dan berzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan menafkahkannya untuk kepentingan akhirat serta membina keluarga, istri dan anaknya agar menjadi hamba yang shalih dan shalihah yang akan senantiasa beramal shaleh dan mendoakan yang berguna bagi dirinya, yaitu orang tuanya yang mendidik dan membinanya ketika telah tiada. Dan sebaliknya, orang yang merugi adalah orang yang menjadikan harta dan keluarga sesuatu yang menyibukkanya hingga dia lupa dan lalai kepada Allah Subhana wa Ta’ala.
Allah Subhana Wa Ta’ala mengingatkan dalan firman-Nya :
شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا
"Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…”. (QS. Al-Fath: 11).
Dan firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.. (QS. Al-Munafiqun: 9).
Nah dengan demikian, mari kita ingat untuk mempersiapkan bekal untuk hari akhir. Bukan dengan melupakan dunia kita akan tetapi dengan menggunakan dunia ini untuk senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah hari dimana Allah Ta’ala berfirman :
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. Al-Asyu’ara: 88-89.
Ya, ingatlah akan hari itu wahai saudara-saudaraku....