Mengapa do'a belum kunjung terkabul ?
Akhlaq Ustaz Anshari Taslim. Lc
Ada orang yang merasa sudah sekian lama berdoa tapi belum juga dikabulkan, sehingga timbul rasa putus asa dan merasa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan mengabulkan doanya. Sikap seperti ini dikecam oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana diterangkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ فَيَقُوْلَ: قَدْ دَعَوْتُ فَلاَ أَوْ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ
“(Doa) kalian sebenarnya akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, (yaitu) dengan berkata, “Aku sudah berdoa tapi kok belum juga dikabulkan?!” (HR. Al-Bukhari, no. 6340, Muslim, no. 2735 dan ini lafaz Muslim).
Perlu diketahui bahwa Allah Ta’ala Maha Mendengar semua do'a dari siapapun. Allah Maha Tahu mana yang terbaik buat sang hamba untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Sehingga, bila seseorang minta sesuatu dan tidak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala persis seperti yang dia minta, berarti Allah maha tahu bahwa itu tak baik baginya maka Dia gantikan dengan yang lebih baik tanpa disadari oleh yang bersangkutan.
Kadang pula Allah Subhanahu wa Ta'ala mengulur pengabulan doa sebagai bentuk ujian. Karena banyak yang tak tahan uji sehingga dia merasa sudah sekian lama berdoa tapi tak kunjung dikabulkan. Padahal, kalau mau melihat kehidupan para Nabi dan Rasul pun tak semua permintaan mereka dikabulkan seketika. Allah Subhanahu wa Ta'ala ulur pertolongan-Nya sebagai ujian kepada Nabi tersebut dan ummatnya dan pastinya Allah maha tahu apa yang terbaik untuk mereka.
Alangkah indah rangkaian nasehat berbentuk curahan hati yang ditulis oleh Al-Imam Abu Al-Faraj Ibnu Al-Jauzi berikut ini:
“Telah kulihat bahwa salah satu bentuk ujian adalah ketika seorang mukmin berdoa dan belum dikabulkan. Lalu dia mengulang terus doanya itu tapi tak jua merasa tanda-tanda pengabulan. Dia harus memahami bahwa ini merupakan ujian yang memerlukan kesabaran. Adanya perasaan waswas dalam hati karena diulurnya pengabulan doa ini merupakan penyakit hati yang perlu diobati. Akupun pernah merasakan hal ini. Pernah kualami satu kejadian dan aku berdoa tapi belum juga melihat pengabulan. Lalu datanglah Iblis dengan rangkaian tipuannya. Kadang dia membisikkan, kemuliaan Allah itu luas, Allah tidak mungkin pelit lalu apa manfaatnya diulurkan?!
Maka kukatakan padanya, rasakan sendiri wahai terlaknat, aku tak butuh pengaduan dan tak pernah mengangkatmu menjadi jadi juru bicara. Lalu aku kembali pada diriku dan kukatakan padanya, jangan sekali-kali kau membiarkan bisikannya bertengger, karena andai penguluran ijabah doa itu hanya membawa hikmah melawan bisikan Iblis sang musuh itu maka cukuplah itu sebagai hikmah.
Lalu diriku ini bertanya kepadaku mengapa doa ditangguhkan pengabulannya di saat genting seperti ini?
Kukatakan padanya, telah jelas berdasarkan dalil yang nyata bahwa Allah Azza wa Jalla adalah pemilik, dan sang pemilik berhak melakukan apapun baik melarang ataukah memberi. Maka, tak ada alasan untuk menentangnya.
Kedua, telah jelas pula hikmah dari Allah dengan dalil-dalil yang pasti kebenarannya, bisa jadi kau melihat ada maslahat dalam satu hal padahal hikmah Allah tidak mengatakan demikian. Lihatlah bagaimana perbuatan seorang tabib kadang tak terlihat apa faedahnya secara kasat mata, tapi dia sendiri bermaksud ada maslahat di balik itu semua. Bisa jadi penguluran ijabah ini adalah salah satu dari kehendak hikmah tersebut.
Ketiga, bisa jadi dalam penguluran waktu itulah terdapat maslahat dan bila dikabulkan segera akan menimbulkan bahaya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah bersabda, “Seorang hamba akan senantiasa dalam kebaikan selama dia tidak tergesa-gesa, yaitu ketika dia merasa aku telah berdoa tapi kok belum dikabulkan juga.”
Keempat, ada kemungkinan tidak terkabulnya doa itu lantaran sebab dirimu sendiri. Mungkin kau makan yang syubhat, atau saat berdoa hatimu lalai, atau ditambahkan hukumanmu dengan tidak mengabulkan keinginanmu lantaran kau telah melakukan suatu dosa yang kau belum benar-benar bertobat darinya.
Maka carilah wahai diri siapa tahu ada sebab-sebab tersebut yang terjadi. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Zaid bahwa ada seorang asing singgah di rumahnya lalu dia datang dan melihat orang itu. Kemudian dia berdiri di pintu rumah lalu memerintahkan seorang temannya. Temannya ini masuk dan menanggalkan tanah baru (bekas perjalanan orang saing itu –penerj) yang baru saja tertempel bekasnya. Lalu orang asing tadi pergi. Abu Zaid pun ditanya tentang hal itu dan dia menjawab, “Tanah itu berasal dari arah yang syubhat, maka ketika subhat itu telah hilang, hilang pula pemiliknya.”
Dari Ibrahim Al-Khawash rahimahullah bahwa dia keluar untuk mencegah sebuah kemungkaran, lalu dia disalaki anjing yang membuatnya tak jadi pergi dan malah masuk ke masjid kemudian shalat. Lalu dia keluar lagi dan anjing itu telah menunduk mengepakkan ekornya dan dia bisa berlalu mencegah kemungkaran tersebut sehingga kemungkaran itupun berhasil dihilangkan. Dia ditanya apa di balik kejadian itu, dan dia menjawab, “Aku punya satu kemungkaran (dosa) dan anjing itu mencegahku. Ketika aku kembali dan bertobat maka jadilah seperti yang kalian lihat.”
Kelima, hendaknya pencarian akan maksudmu itu sesuai dengan apa yang dituntut, bisa jadi keberhasilannya akan menambah dosa atau menghalangimu mendapat satu tingkat kebaikan, sehingga akan lebih baik dia tidak dikabulkan. Ada riwayat dari salah seorang salaf dimana dia meminta kepada Allah untuk bisa dikabulkan pergi berjihad, lalu ada yang membisikinya, kalau kamu pergi berperang maka kau akan ditawan, dan kalau sudah ditawan kau akan masuk Kristen.”
Keenam, Bisa jadi terlambatnya pengabulan do'a itu membuatmu jadi betah bersimpuh memohon kepada Allah, yang kalau segera dikabulkan membuatmu lupa akan Allah yang kepada-Nya kau meminta. Ini cukup sering terjadi, buktinya kalau bukan karena peristiwa yang menimpa ini maka kami tak pernah melihatmu di pintu rintihan (doa kepada Allah). Maka Al-Haq Azza wa Jalla tahu apa yang bisa membuat hamba-Nya lalai dari bakti kepada-Nya, sehingga Dia hilangkan kesenangan dengan peristiwa yang membuat si hamba ini terpaksa mengadu kepada-Nya untuk minta pertolongan. Sebab kesenangan itu bisa jadi merupakan ujian. Sebab musibah sebenarnya adalah ketika kau sibuk dari Allah dan apa yang membuatmu senantiasa bersimpuh di hadapan-Nya justru itulah yang terbaik buatmu.
Ada satu kisah dari Yahya Al-Bakka` bahwa dia mimpi melihat Tuhannya Azza wa Jalla, dia berkata, “Tuhanku, berapa banyak aku telah berdoa kepada-Mu tapi tak Kau kabulkan.’
Tuhan menjawab, “Wahai Yahya, sunggung Aku senang mendengar suaramu (untuk selalu berdoa).”
Kalau kau sudah merenungi hal ini semua maka kau akan makin sibuk dengan apa yang lebih bermanfaat untukmu, dari pada mengeluhkan apa yang belum kau dapatkan. Manfaat itu bisa berupa hilangnya penghalang ibadah, atau membuatmu makin sering tobat dari salah, atau senantiasa mengetuk pintunya Allah.”
(Dari kitab Shaidul Khathir jilid 1 hal. 82-84).
_________________________________
Oleh : Ustaz Anshari Taslim, Lc. Dari buku THARIQUS SHALIHIN jilid 2, hal. 42-43.