Antara Laki-laki Dhuafa dan Fajir

Antara Laki-laki Dhuafa dan Fajir


Dari pada laki-laki fajir saya lebih senang dengan laki-laki miskin. Laki-laki miskin adalah sebab berputarnya ekonomi, datangnya rezeki dan turunnya pertolongan bagi kaum muslimin.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shohihnya:

عن مصعب بن سعد قال رأى سعد رضي الله عنه أن له فضلا على من دونه فقال النبي صلى الله عليه وسلم هل تنصرون وترزقون إلا بضعفائكم

Dari Mush'ab bin Sa'ad berkata: Sa'ad rodhiyallaahu 'anhu melihat dirinya punya kelebihan atas orang yang dibawahnya. Maka Nabi shollallaahu 'alaihi wassalam bersabda: "Bukankah kalian diberikan pertolongan dan rezeki karena orang-orang marjinal dari antara kalian?"

Kata Dr. Muhammad Natsir bahwa orang-orang marjinal itu bila telah menyakini suatu prinsip maka ia akan memperjuangkannya sampai tuntas.

Imam Bukhari meletakkan hadits itu dalam bab:

باب من استعان بالضعفاء والصالحين في الحرب

"Bab Orang Yang Minta Tolong Dengan Kaum Dhuafa Dan Sholihin Dalam Perang"

Mengapa kaum dhuafa dan marjinal bisa menjadi sebab rezeki dan kemenangan? Pasalnya karena mereka punya keberkahan, keikhlasan, dan doa yang mustajab.

Al-Hafizh Ibnu Hajar ketika mensyarah bab di atas mengatakan:

أي ببركتهم ودعائهم

"Yaitu karena keberkahan dan doa mereka."


Dalam riwayat Imam Nasa`i dijelaskan:

إنَّما يَنصرُ اللَّهُ هذِهِ الأمَّةَ بضَعيفِها، بدَعوتِهِم وصَلاتِهِم ، وإخلاصِهِم

"Hanya saja Allah akan menolong umat ini dengan orang lemahnya, yaitu dengan doa mereka, salat mereka dan keikhlasan mereka."


Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath menukil dari ucapan Ibnu Baththol:

تأويل الحديث أن الضعفاء أشد إخلاصا في الدعاء وأكثر خشوعا في العبادة لخلاء قلوبهم عن التعلق بزخرف الدنيا

"Tafsir hadits itu bahwa kaum dhuafa sangat ikhlas dalam berdoa dan sangat khusyu dalam beribadah karena hati mereka kosong dari ketergantungan dengan perhiasan dunia."


Kepada kaum dhuafa dan marjinal semestinya porsi dakwah diberikan lebih besar. Adapun fokus mencari pertolongan orang fajir yang berkuasa buat agama adalah sebuah kesalahan yang nyata.

Istidlal keliru itu pernah dilakukan sebagian ustadz-ustadz PKS dan ustaz-ustaz gelora. Bahkan juga dilakukan HTI dengan konsep tholabun nushrohnya.

Dalam hadits Imam Bukhari dari Abu Hurairoh berkata:

شَهِدْنا مع رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَيْبَرَ، فقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لِرَجُلٍ مِمَّنْ معهُ يَدَّعِي الإسْلامَ: هذا مِن أهْلِ النَّارِ فَلَمَّا حَضَرَ القِتالُ قاتَلَ الرَّجُلُ مِن أشَدِّ القِتالِ، وكَثُرَتْ به الجِراحُ فأثْبَتَتْهُ، فَجاءَ رَجُلٌ مِن أصْحابِ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ، أرَأَيْتَ الرَّجُلَ الذي تَحَدَّثْتَ أنَّه مِن أهْلِ النَّارِ، قدْ قاتَلَ في سَبيلِ اللَّهِ مِن أشَدِّ القِتالِ، فَكَثُرَتْ به الجِراحُ، فقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أما إنَّه مِن أهْلِ النَّارِ فَكادَ بَعْضُ المُسْلِمِينَ يَرْتابُ، فَبيْنَما هو علَى ذلكَ إذْ وجَدَ الرَّجُلُ ألَمَ الجِراحِ، فأهْوَى بيَدِهِ إلى كِنانَتِهِ فانْتَزَعَ مِنْها سَهْمًا فانْتَحَرَ بها، فاشْتَدَّ رِجالٌ مِنَ المُسْلِمِينَ إلى رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فقالوا: يا رَسولَ اللَّهِ صَدَّقَ اللَّهُ حَدِيثَكَ، قَدِ انْتَحَرَ فُلانٌ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فقالَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: يا بلالُ، قُمْ فأذِّنْ: لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ إلَّا مُؤْمِنٌ، وإنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هذا الدِّينَ بالرَّجُلِ الفاجِرِ

Hadits itulah yang dijadikan dasar dalam memilih kepala daerah bahkan presiden dari kalangan orang fajir dan fasik. Jelas istidlal yang keliru karena mereka tak memperhatikan asbabul wurud hadits.

Jadi orang fajir yang dimaksud adalah orang yang mengaku beriman dan mau berjihad. Kemudian di saat kritis ia tak sabar atas kondisinya kemudian melakukan dosa besar.

Siapa diantara politisi-politisi busuk perusak bangsa dan negara yang sama dengan kondisi laki-laki fajir dalam Perang Khoibar tersebut? Akibat istidlal keliru maka mendukung Wirant*, Gibra* dll.

Syaikh Bin Baz mengomentari hadits Abu Hurairoh tersebut sbb:

أنَّ الحقَّ قد يُؤيَّد برجلٍ فاجرٍ لأسبابٍ: إما لريائه، أو لينصر قومه، أو لينصر وطنه، أو لغير هذا، لم يقصد الدين، وقد يقصد الدين، ويُؤيد الدين، لكن لغرضٍ آخر غير الإخلاص لله وطلب الثواب من الله ، بل لأسبابٍ أخرى، فكم من مُقاتلٍ، وكم من مجاهدٍ، وكم من يرائي نفع الله به في الإسلام، وهو ليس من أهل الخير، وهذا الواقع شاهد بذلك

"Sesungguhnya kebenaran adakalanya didukung oleh laki-laki fajir karena beberapa sebab; 1) karena riya`nya, 2) atau menolong kaumnya, 3) atau menolong tanah airnya, 4) atau karena sebab lainnya. Kadang ia tidak bermaksud menolong agama. Dan kadangkala ia sengaja membela dan menolong agama namun punya maksud lain selain ikhlas kepada Allah dan mencari pahala dari Allah, bahkan mungkin ada sebab-sebab lain. Betapa banyak pejuang, mujahid, dan orang riya` yang Allah memberi manfaat kepada Islam dengannya, padahal ia bukan termasuk orang baik. Dan realitas menjadi bukti atas hal itu."

***

Oleh : Ustaz Hafidin Achmad Luthfie, Lc.