Pengalaman sebagai santri
Ustaz Hafidin Achmad Luthfie LcTahun 1989 saya resmi jadi santri di Pesantren PERSIS Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Selama enam tahun saya belajar di sana di bawah asuhan guru-guru yang ikhlas dan sederhana. Tahun 1995 saya menamatkan belajar.
Sebagian besar guru-guru kami sudah wafat. Semoga Allah Ta'ala menerima semua amal mereka. Mengampuni kekeliruan mereka. Dan memasukkan mereka ke surga Firdaus.
Di pesantren saya berkenalan dengan santri-santri dari berbagai daerah dan suku. Ada santri dari Sumbar, Sumut, Aceh, Kalsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sulut, NTT, NTB, Bali bahkan Papua. Pesantren menjadi miniatur Indonesia. Di sana kami ta'aruf untuk sampai pada tafahum. Di sana kami mengenal banyak budaya, bahasa, daerah, dan karakter penduduk Nusantara.
Santri sudah tentu punya wawasan keindonesiaan yang luas.
Di pesantren santri hidup secara mandiri. Mencuci dan menyetrika baju dilakukan secara mandiri.
Santri disiplin dengan kebersihan. Mereka membersihkan kamar masing-masing sesuai jadwal piket. Setiap kamar wajib membersihkan area cluster/kamar secara bergiliran. Dan bahkan setiap dua pekan sekali tiap santri terkena jadwal membersihkan kamar mandi, wc dan area mencuci.
Santri juga rajin olahraga. Di pesantren disediakan olahraga sepak bola, voli, sepak takraw, beladiri, lari dan lain sebagainya.
Santri juga tertib antri. Biasa kami makan dengan antri kecuali makan perkamar yang antri perwakilan.
Sedang tentang ilmu sudah banyak yang kami pelajari. Kami tak hanya belajar ilmu syariat namun juga ilmu kauniyyah. Kami dulu juga belajar ilmu pendidikan dan ilmu jiwa. Meski saya sendiri tak begitu suka belajar yang terakhir.
Pesantren adalah tempat belajar ilmu, budaya, kebhinnekaan, geografi, sejarah, dan kehidupan yang paling baik menurut saya.
Tak pernah jadi santri anda tak kenal Indonesia. Tak pernah jadi santri anda tak pernah merasakan nikmatnya menuntut ilmu. Dan tak pernah jadi santri anda belum pernah belajar hidup mandiri dalam arti sesungguhnya.
Selamat hari santri nasional.
***
Oleh : Ustaz Hafidin Achmad Luthfie, Lc