Siapa pembohong sebenarnya ?
Berita Islam Ustaz Hafidin Achmad Luthfie LcLiberal tua. Hidup aman dan nyaman di Riyadh Saudi Arabia. Dia bebas menghina syariat, ulama umat, dan terakhir menuduh Shohih Bukhori. Dialah Turki Al-Hamad.
Ketika di Prancis menerbitkan kartun Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang sarat penistaan zindik ini justru menyalahkan turots yang menyediakan bahan hidup bagi lahirnya kartun-kartun itu. Turots yang harus dikritik pertama adalah Shohih Bukhori. Menurut zindik ini Shohih Bukhori bertentangan dengan Al-Quran dari awal sampai akhir.
Zindik murtad itu berkata:
قبل أن ننتقد الصور المسيئة لرسولنا الكريم، عليه السلام، علينا أن ننتقد تراثنا الذي وفر المادة الحية لهذه الرسومات، وأولها صحيح البخاري..من خلال هذا الكتاب، ومقارنته بالقرآن الكريم، أجد أنه يتناقض معه تماما..
Bahkan zindik murtad itu membela diri dengan mengatakan:
قبل البخاري ومسلم وسنن الترمذي وابن تيمية وغيرهم، كان أهلنا يصلون ويصومون ويمارسون عباداتهم دون الحاجة لهم. الإسلام دين عظيم، وعظمته تكمن في بساطته، ولم يتشوه إلا بعد دخول المذاهب، ولنتذكر أن تفاحة فاسدة تفسد كل الصندوق..
Karena bukan mengkritik westernisasi, sekularisasi dan liberalisasi yang dilakukan penguasa maka zindik itu aman. Bahkan dia termasuk anjing penguasa yang sangat ganas pada Al-Ikhwan Al-Muslimin. Al-Ikhwan Al-Muslimin dipandang lebih bahaya dari kaum sekular, liberal, dan atheis di Jazirah Arabia.
Pernah seorang inkar sunnah berkata pada Sulthan Azh-Zhohir Barqoq: Jangan anda memperhatikan hadits-hadits yang ada dalam kitab Shohih Bukhori dan Shohih Muslim. Karena kebanyakan hadits yang ada pada kedua kitab itu adalah bohong.
Sulthan pun menjawab: Sesungguhnya Imam Bukhari dan Imam Muslim hidup disebuah zaman yang kalau ada orang yang berbohong atas Nabi SAW niscaya mereka akan membunuhnya.
***
Oleh : Ustaz Hafidin Achmad Luthfie, Lc
______________________________________________
Tags :
sekuler adalah
contoh sekularisme
bagaimana islam menyikapi sekularisme
ciri-ciri islam sekuler
dampak sekularisme
cara mengatasi sekularisme
dampak negatif sekularisme
sekularisme di indonesia
ustadz hafidin achmad luthfie